Perang di Gaza telah menjadi perhatian dunia selama beberapa minggu terakhir ini. Meskipun Israel telah melancarkan serangan udara yang intensif terhadap wilayah Palestina tersebut, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tampaknya tidak berani melanjutkan perang tersebut. Ada beberapa alasan mengapa Netanyahu tidak berani memperluas konflik di Gaza, salah satunya adalah karena tidak adanya lampu hijau dari Amerika Serikat.
Pertama-tama, Netanyahu menyadari bahwa melanjutkan perang di Gaza bisa berisiko tinggi bagi Israel. Meskipun Israel memiliki kekuatan militer yang superior, perang di Gaza bisa berujung pada kerugian besar baik dari segi manusia maupun materi. Selain itu, perang di Gaza juga bisa memicu reaksi negatif dari masyarakat internasional, termasuk sekutu Israel seperti Amerika Serikat.
Kedua, Netanyahu juga sadar bahwa tanpa dukungan dari Amerika Serikat, Israel akan kesulitan untuk melanjutkan perang di Gaza. Amerika Serikat merupakan sekutu terdekat Israel dan memiliki pengaruh besar dalam politik dan keamanan di Timur Tengah. Jika Amerika Serikat tidak memberikan lampu hijau untuk melanjutkan perang di Gaza, Netanyahu tidak akan berani mengambil risiko untuk melawan keputusan tersebut.
Terakhir, Netanyahu juga mempertimbangkan dampak politik dari perang di Gaza. Dengan melanjutkan konflik tersebut, Netanyahu bisa menghadapi tekanan politik dari oposisi di dalam negeri. Selain itu, perang di Gaza juga bisa mempengaruhi popularitas Netanyahu di mata masyarakat Israel, terutama jika konflik tersebut berlarut-larut dan menimbulkan korban yang banyak.
Dengan pertimbangan tersebut, Netanyahu tampaknya tidak berani melanjutkan perang di Gaza tanpa lampu hijau dari Amerika Serikat. Meskipun tension antara Israel dan Palestina masih terus berlanjut, Netanyahu harus mempertimbangkan dengan matang langkah-langkah yang akan diambilnya agar tidak menimbulkan konsekuensi yang lebih buruk di masa depan.