Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Arab Saudi, telah membuat pernyataan mengejutkan bahwa negara Palestina harus didirikan sebelum terjadi normalisasi hubungan dengan Israel. Pernyataan ini memunculkan diskusi dan kontroversi di berbagai kalangan, terutama di dunia Arab dan Muslim.

Sejak diluncurkannya rencana perdamaian Amerika Serikat untuk Palestina dan Israel pada Januari 2020, beberapa negara Arab telah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Namun, keputusan ini menuai kritik dari sebagian besar umat Muslim yang masih memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan penolakan terhadap pendudukan Israel.

Mohammed bin Salman, yang telah berperan aktif dalam berbagai reformasi di Arab Saudi, mengatakan bahwa negara Palestina harus didirikan terlebih dahulu sebelum negara-negara Arab lainnya dapat melakukan normalisasi dengan Israel. Menurutnya, normalisasi tidak akan memberikan manfaat bagi Palestina jika negara mereka belum diakui secara resmi.

Pernyataan ini tentu saja menggugah kesadaran akan pentingnya kemerdekaan Palestina di tengah-tengah normalisasi hubungan antara negara Arab dan Israel. Hal ini menunjukkan bahwa Arab Saudi masih memperjuangkan hak-hak Palestina meskipun adanya tekanan dari negara-negara lain untuk melakukan normalisasi.

Namun, masih banyak yang skeptis terhadap pernyataan Mohammed bin Salman ini. Beberapa orang berpendapat bahwa normalisasi dengan Israel seharusnya tidak terkait dengan kemerdekaan Palestina, dan bahwa negara-negara Arab harus dapat menjalin hubungan diplomatik dengan siapa pun tanpa harus menunggu negara Palestina didirikan.

Meskipun demikian, pernyataan Mohammed bin Salman tetap menjadi sorotan dan memperkuat posisi Arab Saudi dalam isu Palestina-Israel. Dengan sikap yang tegas dan bersikeras, Putra Mahkota Arab Saudi ini menunjukkan bahwa negara Palestina harus tetap menjadi prioritas sebelum terjadi normalisasi hubungan dengan Israel.